- judul materi : kesehatan mental
- tugas ke : 2
- Nama : Restu Rachmawati
- Kelas : 2PA16
NPM : 17513443
A. Penyesuaian
Diri dan Pertumbuhan
penyesuaian diri
merupakan suatu proses dinamik yang hampir selalu
membutuhkan perubahan dan adaptasi, dan dengan demikian semakin tetap dan tidak
merubah respon - respon itu, maka semakin sulit juga menangani tuntutan-tuntutan
yang berubah. Kenyataan ini menjelaskan pengaruh-pengaruh yang menghancurkan
kepribadian seseorang. Orang yang mengalami depresi karena sering kali merasa
sulit menyesuaikan diri dengan pola tingkah laku yang di perlukan.
Penyesuaian
diri dalam bahasa aslinya dikenal dengan
istilah adjustment ataupersonal adjustment. Schneiders berpendapat
bahwa penyesuaian diri dapat ditinjau dari tiga sudut pandang, yaitu:
penyesuaian diri sebagai adaptasi (adaptation), penyesuaian diri sebagai bentuk
konformitas (conformity), dan penyesuaian diri sebagai usaha penguasaan
(mastery). Pada mulanya penyesuaian diri diartikan sama
dengan adaptasi (adaptation), padahal adaptasi ini pada umumnya lebih
mengarah pada penyesuaian diri dalam arti fisik, fisiologis, atau biologis.
Penyesuaian diri yang dilakukan oleh seseorang akan berdampak juga pada
pertumbuhan personalnya. Jika seseorang dapat menyesuaikan diri dengan baik di
lingkungan sekitarnya apalagi di lingkungan baru, maka pertumbuhan personalnya
juga akan mengalami peningkatan. Sekarang, apa itu pertumbuhan
personal? Pertumbuhan adalah proses yang mencakup pertambahan dalam jumlah
dan ukuran, keluasan dan kedalaman. Prof. Gessel mengatakan, bahwa pertumbuhan
pribadi manusia adalah proses yang terus-menerus. Semua pertumbuhan terjadi
berdasarkan pertumbuhan yang terjadi sebelumnya.
Apakah perbedaan antara
adaptasi dan penyesuaian diri?
Adaptasi itu
artinya adalah individu melakukan penyesuaian diri dengan lingkungan, contohnya
adalah apabila seorang individu merasa udara disekitar nya dingin maka individu
itu segera memakai pakaian yang tebal dan meminum atau memakan makanan yang
hangat-hangat.
Lalu
apabila Penyesuaian itu sebagai mengubah lingkungan agar lebih sesuai
dengan diri individu., contohnya apabila individu merasa kedinginan secara
otomatis individu itu menyalakan api atau penghangat ruangan untuk
mengahngatkan badannya.
Namun Penyesuaian diri
disini adalah meliputi penyesuaian diri baik dalam adaptation dan adjusment.
artinya individu mampu menyesuaikan diri dengan baik, secara normal dan ideal
nya mampu menggunakan kedua mekanisme penyesuaian diri tersebut secara
fleksibel tergantung pada suasana dan situasinya. Apabila individu itu hanya
dapat menggunakan salah satu dari kedua mekanisme tersebut berarti individu itu
di anggap kaku dan dominan.
Ada beberapa ciri
penyesuaian diri yang efektif, seperti :
1. Memiliki
Persepsi yang Akurat terhadap Realita
2. Memiliki
Kemampuan untuk Beradaptasi dengan Tekanan atau Stres dan juga Kecemasan
3. Mempunyai
Gambaran Diri yang Positif tentang dirinya
4. Memiliki
Kemampuan untuk Mengekspresikan Perasaannya
5. Mempunyai
kemapuan Relasi Interpersonal yang baik
Individu yang memiliki
serta memenuhi ciri-ciri tersebut dapat digolongkan sebagai individu yang
memiliki kesehatan mental yang positif.
Aspek-aspek Penyesuaian
Diri
Pada dasarnya
penyesuaian diri memiliki dua aspek yaitu: penyesuaian pribadi dan penyesuaian
sosial. Untuk lebih jelasnya kedua aspek tersebut akan diuraikan sebagai
berikut :
1. Penyesuaian
Pribadi
Penyesuaian pribadi
adalah kemampuan individu untuk menerima dirinya
sendirisehingga
tercapai hubungan yang harmonis antara dirinya dengan lingkungan sekitarnya. Ia
menyadari sepenuhnya siapa dirinya sebenarnya, apa kelebihan dan kekurangannya
dan mampu bertindak obyektif sesuai dengan kondisi dirinya tersebut.
Keberhasilan penyesuaian pribadi ditandai dengan tidak adanya rasa benci, lari
dari kenyataan atau tanggungjawab, dongkol. kecewa, atau tidak percaya
pada kondisi dirinya. Kehidupan kejiwaannya ditandai dengan tidak adanya
kegoncangan atau kecemasan yang menyertai rasa bersalah, rasa cemas, rasa tidak
puas, rasa kurang dan keluhan terhadap nasib yang dialaminya. Sebaliknya
kegagalan penyesuaian pribadi ditandai dengan keguncangan emosi, kecemasan,
ketidakpuasan dan keluhan terhadap nasib yang dialaminya, sebagai akibat adanya
gap antara individu dengan tuntutan yang diharapkan oleh lingkungan. Gap inilah
yang menjadi sumber terjadinya konflik yang kemudian terwujud dalam rasa takut
dan kecemasan, sehingga untuk meredakannya individu harus melakukan penyesuaian
diri.
2. Penyesuaian
Sosial
Setiap iindividu hidup
di dalam masyarakat. Di dalam masyarakat tersebut terdapat proses saling
mempengaruhi satu sama lain silih berganti. Dari proses tersebut timbul suatu
pola kebudayaan dan tingkah laku sesuai dengan sejumlah aturan, hukum, adat dan
nilai-nilai yang mereka patuhi, demi untuk mencapai penyelesaian bagi
persoalan-persoalan hidup sehari-hari. Dalam bidang ilmu psikologi sosial,
proses ini dikenal dengan proses penyesuaian sosial. Penyesuaian sosial terjadi
dalam lingkup hubungan sosial tempat individu hidup dan berinteraksi dengan
orang lain. Hubungan-hubungan tersebut mencakup hubungan dengan masyarakat di
sekitar tempat tinggalnya, keluarga, sekolah, teman atau masyarakat luas secara
umum. Dalam hal ini individu dan masyarakat sebenarnya sama-sama memberikan
dampak bagi komunitas. Individu menyerap berbagai informasi, budaya dan adat
istiadat yang ada, sementara komunitas (masyarakat) diperkaya oleh
eksistensi atau karya yang diberikan oleh sang individu. Apa yang diserap atau
dipelajari individu dalam poroses interaksi dengan masyarakat masih belum cukup
untuk menyempurnakan penyesuaian sosial yang memungkinkan individu untuk mencapai
penyesuaian pribadi dan sosial dengan cukup baik. Proses berikutnya yang harus
dilakukan individu dalam penyesuaian sosial adalah kemauan untuk mematuhi
norma-norma dan peraturan sosial kemasyarakatan. Setiap masyarakat biasanya
memiliki aturan yang tersusun dengan sejumlah ketentuan dan norma atau
nilai-nilai tertentu yang mengatur hubungan individu dengan kelompok.
Dalam proses penyesuaian sosial individu mulai berkenalan dengan kaidah-kaidah
dan peraturan-peraturan tersebut lalu mematuhinya sehingga menjadi bagian dari
pembentukan jiwa sosial pada dirinya dan menjadi pola tingkah laku kelompok.
Kedua hal tersebut merupakan proses pertumbuhan kemampuan individu dalam rangka
penyesuaian sosial untuk menahan dan mengendalikan diri. Pertumbuhan kemampuan
ketika mengalami proses penyesuaian sosial, berfungsi seperti pengawas yang
mengatur kehidupan sosial dan kejiwaan. Boleh jadi hal inilah yang dikatakan
Freud sebagai hati nurani (super ego), yang berusaha mengendalikan
kehidupan individu dari segi penerimaan dan kerelaannya terhadap beberapa pola
perilaku yang disukai dan diterima oleh masyarakat, serta menolak dan menjauhi
hal-hal yang tidak diterima oleh masyarakat.
Pembentukan Penyesuaian Diri
Banyak faktor yang
mempegaruhi penyesuaian diri, ada dari faktor lingkungan keluarga dan
lingkungan teman sebaya.
a). Lingkungan Keluarga
Lingkungan keluarga
merupakan lahan untuk mengembangkan berbagai kemampuan, yang dipelajari dalam
berbagai hal seperti melalu bermain, sandiwara, interaksi dengan anggota keluarga,
dan pengalaman-pengalaman didalam keluarga. Oleh sebab itu, orangtua sebaiknya
jangan menghadapkan individu pada hal-hal yang tidak dimengerti. Keluarga juga
merupakan wadah pembentukan karakter individu, penyesuaian diri juga termasuk
di dalamnya.
b) Lingkungan Teman
Sebaya
Sama seperti lingkungan
keluarga, lingkungan teman sebaya juga merupakan lingkungan yang sangat
menentukan individu dalam melakukan dan mengembangkan penyesuaian diri. Bila
seorang anak dapat dengan mudah menyesuaikan dirinya dengan lingkungan teman
bermainnya, itu merupakan salah satu alasan bahwa sebenarnya kesehatan
mental individu tersebut baik dan sehat.
B. Pertumbuhan
Personal
Pertumbuhan adalah
perubahan secara fisiologis sebagai hasil dari proses-proses pematangan fungsi-fungsi
fisik yang berlangsung secara normal yang sehat pada waktu yang normal. Proff
Gessel mengatakan bahwa pertumbuhan pribadi manusia berlangsung secara
terus-menerus.
Proses Pertumbuhan
Individu secara fisik
Dari bayi hingga tua
kita sebagai manusia normal mengalami pertumbuhan secara terus menerus.
Penyesuaian diri dengan lingkungan nya pun terus berkembang.
Variasi dalam
Pertumbuhan
Dalam variasi
pertumbuhan memang sangat beragam. Tidak semua individu berhasil dalam
melakukan penyesuaian diri berdasarkan tingkatan usia, pertumbuhan fisik,
maupun sosial nya. Mengapa? karena terkadang terdapat rintangan-rintangan yang
menyebabkan ketidakberhasilan individu dalam melakukan penyesuaian, baik
rintangan itu dari dalam diri atau dari luar diri.
Kondisi-Kondisi untuk
Bertumbuh
Kondisi jasmani
seperti pembawa atau konstitusi fisik dan tempramen sebagai disposisi
yang diwariskan, aspek perkembangannya secara intrinsik berkaitan erat dengan
susunan atau konstitusi tubuh, kondisi jasmani dan kondisi pertumbuhan fisik
memang sangat mempengaruhi bagaimana individu dapat menyesuaikan diri
nya.
Carl Roger (1961)
menyebutkan 3 aspek yang memfasilitasi pertumbuhan personal dalam suatu
hubungan :
1. Keikhlasan
kemampuan untuk menyadari perasaan sendiri, atau menyadari kenyataan.
2. Menghormati
keterpisahan dari orang lain tanpa kecuali, dan
3. Keinginan
yang terus menerus untuk memahami atau berempati terhadap orang lain.
Faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan personal :
1. Faktor
biologis
Karakteristik anggota
tubuh yang berbeda setiap orang, kepribadian, atau warisan biologis yang sangat
kental.
2. Faktor
geografis
Faktor lingkungan yang
dapat mempengaruhi kepribadian seseorangdan nantinya akan menentukan baik atau
tidaknya pertumbuhan personal seseorang.
3. Faktor
budaya
Tidak di pungkiri
kebudayaan juga berpengaruh penting dalam kepribadian seseorang, tetapi bukan
berarti setiap orang dengan kebudayaan yang sama memiliki kepribadian yang sama
juga.
Selain itu, ada satu
hal yang tidak kalah penting berkaitan dengan penyesuaian diri dan pertumbuhan
personal adalah komunikasi. Dengan kemampuan komunikasi yang baik maka
penyesuaian diri dan pertumbuhan personal seseorang juga akan berjalan baik.
Stress
1.
Pengertian Stress
a.
Arti penting stress
Stress adalah suatu
kondisi anda yang dinamis saat seorang individu dihadapkan pada peluang,
tuntutan, atau sumber daya yang terkait dengan apa yang dihasratkan oleh
individu itu dan yang hasilnya dipandang tidak pasti dan penting. Stress adalah
beban rohani yang melebihi kemampuan maksimum rohani itu sendiri, sehingga
perbuatan kurang terkontrol secara sehat. Stres tidak selalu buruk, walaupun
biasanya dibahas dalam konteks negatif, karena stres memiliki nilai positif
ketika menjadi peluang saat menawarkan potensi hasil. Sebagai contoh, banyak
profesional memandang tekanan berupa beban kerja yang berat dan tenggat waktu
yang mepet sebagai tantangan positif yang menaikkan mutu pekerjaan mereka dan
kepuasan yang mereka dapatkan dari pekerjaan mereka.
Stress bisa positif dan bisa negatif. Para peneliti berpendapat bahwa stres tantangan, atau stres yang menyertai tantangan di lingkungan kerja, beroperasi sangat berbeda dari stres hambatan, atau stres yang menghalangi dalam mencapai tujuan.Meskipun riset mengenai stres tantangan dan stres hambatan baru tahap permulaan, bukti awal menunjukan bahwa stres tantangan memiliki banyak implikasi yang lebih sedikit negatifnya dibanding stres hambatan.
Stress bisa positif dan bisa negatif. Para peneliti berpendapat bahwa stres tantangan, atau stres yang menyertai tantangan di lingkungan kerja, beroperasi sangat berbeda dari stres hambatan, atau stres yang menghalangi dalam mencapai tujuan.Meskipun riset mengenai stres tantangan dan stres hambatan baru tahap permulaan, bukti awal menunjukan bahwa stres tantangan memiliki banyak implikasi yang lebih sedikit negatifnya dibanding stres hambatan.
GAS (General Adaptation
Syndrom) merupakan respon fisiologis dari seluruh tubuh terhadap stress. Respon
yang terlibat didalam nya adalah sistem saraf otonom dan sistem endokrin.
Terdapat 3 fase, yaitu
:
- Fase
Alarm (waspada)
- Fase
Resistance (melawan)
- Fase
Exhaustion (kelelahan)
Faktor-faktor
individual dan sosial yang menjadi penyebab stress, yaitu :
- Faktor Individu
Biasanya yang menyebabkan diri individu mengalami stress berasal dari keadaan
atau kondisi keluarga,seperti salah pola asuh, broken home, keadaan ekonomi
yang sulit, serta kurangnya kecocokan dengan aturan keluarga. Itu semua hanya
sebagian kecil faktor individu yang menyebabkan stress.
- Faktor Sosial
Seseorang mengalami stress bukan hanya karena faktor individu saja, melainkan
dikarenakan faktor sosialnya juga. Faktor sosial yang dimaksud seperti
disebabkan karena bencana alam (gempa bumi, tsunami, longsor, banjir,
kebakaran, dan lain-lain). Karena sebab-sebab itulah biasanya individu tersebut
merasakan goncangan yang sangat kuat dan jika individu tersebut tidak bias
terima keadaan tersebut maka akan menyebabkan seseorang mengalami stress.
b. tipe-tipe
stress
Tipe-tipe stress
terbagi menjadi empat, yaitu :
- Tekanan
Biasanya tekanan muncul
tidak hanya dalam diri sendiri, mealinkan di luar diri juga. Karena biasanya
apa yang menjadi pandangan kita terkadang bertentangan dengan pandangan orang
tua, itu yang terkadang menjadi salah satu tekanan psikologis bagi seorang anak
yang akan menimbulkan stress pada anak tersebut.
- - Frustasi
Suatu kondisi
psikologis yang tidak menyenangkan sebagai akibat terhambatnya seseorang dalam
mencapai apa yang diinginkannya.
- -
Konflik
Perbedaan pendapat,
perbedaan cara pandang bahkan perbedaan pandangan dalam mencapai suatu tujuan
itu akan menimbulkan koflik. Biasanya tidak hanya konflik dengan diri sendiri,
banyak juga konflik ini terjadi antar beberapa orang, kelompok, bahkna
organisasi.
-
- Kecemasan
Khawatir, gelisah,
takut dan perasaan semacamnya itu merupakn suatu tanda atau sinyal
seseorang mengalami
kecemasan. Biasanya kecemasan di timbulkan karena adanya rasa
kurang nyaman, rasa
tidak aman atau merasa terancam pada dirinya.
C. Symptom Reducing
Responses terhadap Stress
1. pengertian
symptom -reducing responses terhadap stress
Kehidupan akan terus
berjalan seiring dengan brjalannya waktu. Individu yang mengalami stress tidak
akan terus menerus merenungi kegagalan yang ia rasakan. Untuk itu setiap
individu memiliki mekanisme pertahanan diri masing-masing dengan keunikannya
masing-masing untuk mengurangi gejala-gejala stress yang ada.
Mekanisme Pertahanan
Diri
Indentifikasi adalah
suatu cara yang digunakan individu untuk mengahadapi orang lain dengan
membuatnya menjadi kepribadiannya, ia ingin serupa dan bersifat sama seperti
orang lain tersebut. Misalnya seorang mahasiswa yang menganggap dosen
pembimbingnya memiliki kepribadian yang menyenangkan, cara bicara yang ramah,
dan sebagainya, maka mahasiswa tersebut akan meniru dan berperilaku seperti
dosennya.
Kompensasi
Seorang individu tidak
memperoleh kepuasan dibidang tertentu, tetapi mendapatkan kepuasaan dibidang
lain. Misalnya Andi memiliki nilai yang buruk dalam bidang Matematika, namun
prestasi olahraga yang ia miliki sangat memuaskan.
Overcompensation /
Reaction Formation
Perilaku seseorang yang
gagal mencapai tujuan dan orang tersebut tidak mengakui tujuan pertama tersebut
dengan cara melupakan serta melebih-lebihkan tujuan kedua yang biasanya
berlawanan dengan tujuan pertama. Misalnya seorang anak yang ditegur gurunya
karena mengobrol saat upacara, beraksi dengan menjadi sangat tertib saat
melaksanakan upacara san menghiraukan ajakan teman untuk mengobrol.
Sublimasi
Sublimasi adalah suatu
mekanisme sejenis yang memegang peranan positif dalam menyelesaikan suatu
konflik dengan pengembangan kegiatan yang konstruktif. Penggantian objek dalam
bentuk-bentuk yang dapat diterima oleh masyarakat dan derajatnya lebih tinggi.
Misalnya sifat agresifitas yang disalurkan menjadi petinju atau tukang potong
hewan.
Proyeksi
Proyeksi adalah
mekanisme perilaku dengan menempatkan sifat-sifat bain sendiri pada objek
diluar diri atau melemparkan kekurangan diri sendiri pada orang lain. Mutu
Proyeksi lebih rendah daripada rasionalisasi. Contohnya seorang anak tidak
menyukai temannya, namu n ia berkata temannya lah yang tidak menyukainya.
Introyeksi
Introyeksi adalah
memasukan dalam diri pribadi dirinya sifat-sifat pribadi orang lain. Misalnya
seorang wanita mencintai seorang pria lalu ia memasukkan pribadi pria tersebut
ke dalam pribadinya.
Reaksi Konversi
Secara singkat mengalihkan
koflik ke alat tubuh atau mengembangkan gejala fisik. Misalnya belum belajar
saat menjelang bel masuk ujan, seorang anak wajahnya menjadi pucat berkeringat.
Represi
Represi adalah konflik
pikiran, impuls-impuls yang tidak dapat diterima dengan paksaan ditekan ke
dalam alam tidak sadar dan dengan sengaja melupakan. Misalnya seorang karyawan
yang dengan sengaja melupakan kejadian saat ia di marahi oleh bosnya tadi
siang.
Supresi
Supresi yaitu menekan
konflik impuls yang tidak dapat diterima secara sadar. Individu tidak mau
memikirkan hal-hal yang kurang menyenangkan dirinya. Misalnya dengan berkata
"Sebaiknya kita tidak membicarakan hal itu lagi."
Denial
Denial adalah mekanisme
perilaku penolakan terhadap sesuatu yang tidak menyenangkan. Misalnay seorang
penderita DIABETESmemakan
semua makanan yang menjadi pantangannya.
Regresi
Regresi adalah
mekanisme perilaku seorang yang apabila menghadapi konflik frustasi, ia menarik
diri dari pergaulan. Misalnya artis yang sedang digosipkan selingkuh karena
malu maka ia menarik diri dari perkumpulannya.
Fantasi
Fantasi adalah apabila
seseorang menghadapi konflik-frustasi, ia menarik diri dengan
berkhayal/berfantasi, misalnya dengan lamunan. Contoh seorang pria yang tidak
memilki keberanian untuk menyatakan rasa cintanya melamunkan berbagai fantasi
dirinya dengan orang yang ia cintai.
Negativisme
Adalah perilaku
seseorang yang selalu bertentangan / menentang otoritas orang lain dengan
perilaku tidak terpuji. Misalkan seorang anak yang menolak perintah gurunya
dengan bolos sekolah.
Sikap Mengritik Orang
Lain
Bentuk pertahanan diri
untuk menyerang orang lain dengan kritikan-kritikan. perilaku ini termasuk
perilaku agresif yang aktif. Misalkan seorang karyawan yang berusaha
menjatuhkan karyawan lain dengan adu argument saat rapat berlangsung.
d.
Pendekatan problem solving terhadap stress
Proses mental dan intelektual dalam menemukan masalah dan memecahkan masalah
berdasarkan data dan informasi yang akurat, sehingga dapat diambil kesimpulan
yang cermat dan akurat. Atau ketika kita mendapatkan masalah dan membuat kita
stress, lebih baik kita berdoa dan memohon petunjuk dari yang Maha Kuasa.
- Strategi
coping yang spontan mengatasi stress, yaitu :
Menurut Lazanus,
penanganan stress atau coping terdiri dari dua bentuk, yaitu :
- mProblem-Pocused
Coping (coping yang berfokus pada masalah)
Penanganan stress atau
coping yang digunakan oleh individu yang mengahadapi masalahnya dan berusaha
menyelesaikannya.
- Emotional-Pocused
Coping (coping yang berfokus pada emosi)
Penanganan stress
dimana individu memberikan respon terhadap situasi stress dengan cara
emosional, terutama dengan penilaian defensive.
Sumber :
http://wulanwulan61.blogspot.com/2013/04/tulisan-2.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar